Cerita Yogyakarta

Seorang gadis, masih terlelap dengan selimut yang menutupi ujung kaki hingga kepalanya. Alarm berbunyi terus-menerus, tapi Ia tak bangun juga. Perkenalkan, namaku Anna Yuliani. Seorang pelajar dari SMPN 3 Bandung. Ada beberapa pendapat tentang sifatku. Well, aku hargai pendapat mereka. Memang, setiap manusia itu diberikan kekurangan dan kelebihan. Aku mempunyai sahabat yang bernama Niken, Angel dan Winsa.Hanya Winsa yang berbeda kelas denganku. Meski seringkali ada masalah, kami tetap kompak.
          Matahari terbit, menerobos masuk melewati celah-celah jendela lalu membangunkan setiap jiwa. Menghirup udara sejuk dipagi hari dan mengawali setiap aktivitas. Cahaya yang menyilaukan itu membangunkanku. Mau tak mau, akupun bangun dan mematikan alarm. Ya, ini akibat bergadang. Akhirnya aku bersiap-siap untuk pergi. Sesampainya di sekolah, teman-temanku ribut tentang hari esok. Karena, murid kelas delapan akan pergi ke Yogyakarta. Sepertinya, mereka sangat menanti hari itu. Dengan adanya pembicaraan love in Yogyakarta? Oh, aku tidak suka ini, tapi kalau yang lain, it’s ok. Hari itupun datang, menyiapkan segala keperluan. Aku pergi ke Tegalega diantar oleh Ibu untuk berkumpul dengan teman-teman disana sambil menunggu bus.
          Saat bus itu datang, kami bersorak gembira. Aku pamit pada Ibu karena sebentar lagi akan berangkat. Saat di dalam bus, Aku duduk bersama  Niken. Tiba-tiba Citra datang.
“Hei, ini makanan buat kalian.” kata Citra sambil menyodorkan makanan yang berisi pisang goreng.
 “Oh, terimakasih Cit.” ucapku.
Di perjalanan, ada yang memberi usul “Kalian mau nonton film horror enggak? Aku bawa nih.” ucap salah satu teman. Kami semua setuju. 2 jam berlalu, film yang kami tonton berakhir. Hari sudah larut, kami tertidur karena kelelahan. Saat bangun, aku melihat tempat peristirahatan. Akhirnya, kami beristirahat di sana.
          Tak terasa waktu terus berjalan. Aku terbangun dan melihat jam menunjukkan pukul dua.
“Niken, Angel bangun. Kita disuruh ke bawah untuk mandi dan sarapan. Ayo, nanti penuh.” ucapku. Setelah selesai, kami berbincang sejenak.
“Kita ke sana, yuk! Sepertinya, makanannya sudah siap.” Kata Angel. Sesudah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
“Bosen nih, setel musiklah biar enggak bosen!” ucap Yustika. Lantunan nada, canda dan tawa membuat aku merasa senang untuk mengabadikan momen ini dalam memoriku.


Sesampainya di candi, akupun mengikuti teman-teman sampai ke candi paling atas. Di sana, terlihat pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Melihat relief-relief pada dinding.
“Eh, foto bareng yuk! Nanti yang ngefotonya gantian.” kata Citra dengan semangat. Kamipun berfoto-foto di candi dan museumnya. Ada juga yang membeli oleh-oleh ala Candi Borobudur. Setelah itu, kami beristirahat. Di lanjutkan dengan perjalanan ke Candi Prambanan.

Sesampainya di Candi Prambanan,banyak sekali yang mengeluh “Panas banget, bisa-bisa kulit aku tambah hitam.” kata Ulya. Memang ini sudah menunjukkan tengah hari. Di sana, banyak sekali yang menyewa payung. Termasuk aku dan teman-teman.
“Kita sewa paying yuk! Dua saja cukup kok.” Ucap Citra. Sebelum ke candinya, kami dipakaikan sarung karena ada peraturannya. Saat masuk, kami langsung melihat-lihat candi yang begitu banyak.
“Kalian mau naik ke candinya? Tapi, harus pakai helm.” kata Niken. “Enggak, lebih baik candi yang biasa aja sambil foto-foto.” kata Angel. Setelah selesai melihat-lihat, akupun kembali menuju bus untuk ke hotel. Saat pulang, sempat aku, Niken, Angel dan Ulya tertinggal dengan bus. Karena, agak sedikit pusing dengan jalannya. Karena kami memilih jalan yang berbeda dari yang lain. Untungnya, ada Gerda dan Windi yang tahu arahnya. Jadi, kami mengikuti mereka.
“Ini banyak yang sms. Katanya pada ada di mana? Busnya mau pergi.” Seketika itu, kami langsung panik lalu berjalan dengan cepat. Entah apa yang terjadi, jika kami tertinggal. Saat di parkiran, kami menaiki bus dengan muka  yang terlihat lelah. Teman-teman, banyak yang menanyakan keadaan kami. Setelah diabsen, ternyata masih ada yang belum hadir.
“Oii, siapa yang  punya nomernya, tolong telepon!” Yustika berteriak. Ternyata Nani punya dan segera meneleponnya. Beberapa lama kemudian, mereka datang. Perjalanan pun kembali di lanjutkan.

Setelah sampai di hotel, aku merebahkan diri diikuti yang lain. Beristirahat sebentar, lalu mandi dan makan. Karena, sebentar lagi akan pergi ke Malioboro. Saat yang dinanti itupun tiba. Kamipun berangkat ke sana setelah maghrib. Sesampainya, ada yang berbelanja, foto-foto dan lain-lain. Uniknya, karena malam itu adalah malam minggu. Ada teman yang membeli bunga, karena akan menembak seseorang. So sweet sih tapi membuat tertawa. Karena, yang akan ditembaknya itu malah kabur.
“Na, ayo kita ke bus, malas disini. Enggak mau ditembak.” kata Angel dan Ulya.
“Capek, dari tadi muter-muter cari barang.” ucapku dengan kesal. Akhirnya, akupun mengikuti mereka. Setelah semua selesai, kamipun ke hotel lagi untuk istirahat. Di hotel, banyak sekali yang jahil. Ada yang menelepon terus-terusan, mengetuk pintu dan mengganggu kamar lain dengan teriakan.
“Berisik! Mau tidur ihh, capek.” Karena lelah sekaaligus kesal, akupun tidur paling pertama. Keesokan harinya, aku terbangun. Terlihat jam menujukkan pukul lima. Akupun membangunkan Angel lalu mandi dan  merekapun bangun untuk bersiap. Kamipun sarapan. Saat mau membuka pintu, ternyata susah dibuka.
“Atulah, ini enggak bisa dibuka. Ke Nani saja yuk!” ajak Niken. Lalu kamipun menumpang di kamar lain. Setelah selesai, kami bergantian mencoba membuka pintu lalu akhirnya terbuka.
Ku hirup udara pagi ini. Mengumpulkan kenangan dalam kota ini. Membuat suasana hati menjadi senang. Ya, hari ini adalah hari terakhirku bersama mereka di Yogyakarta.  Sebelum pulang, kami pergi dahulu ke Keraton Yogyakarta. Dalam perjalanan ke keraton, kami sempat tersesat.
“Ini dimana?” ucap salah satu teman kebingungan. Saat melihat rombongan lain, ternyata jalan kami salah. Akhirnya, kamipun mengikuti mereka. Saat memasuki daerah luar keraton, kami disambut dengan dua pohon yang terkenal mistis. Kemudian, saat masuk ke dalamnya, kami dikumpulkan dan di beri pengarahan. Sesudah itu, kami melihat-melihat yang ada di keraton. Setelah selesai, dilanjutkan k e Benteng Van Der Burg. Di sana, kami melihat-lihat sejarah tentang Kota Yogyakarta.
         “Bosen gini. Lebih baik tadi di bus saja.” kata Ulya dengan wajah lesu. Lalu, kamipun  menuju bus lagi untuk makan siang. Setelah itu, kami pergi ke tempat bakpia djava. Di sana, kami  membeli buah tangan khas Yogyakarta lalu pulang dengan kenangan yang tak akan terlupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kotoba Minna No Nihongo I Bab 1

Lirik lagu Because of My Heart - Crazy Little Thing Called Love